Wisata Kota Malang

Peta Kabupaten Malang

Arsip Blog


Jual Beli Laptop Notebook Malang

Apel Batu yang Sayang, Apel Batu yang Kini Malang

Senin, 08 Februari 2010

Apel Batu yang Sayang, Apel Batu yang Kini Malang. Kejar Untung, Petani Malah Buntung

Siswa SD pasti hafal jawaban atas pertanyaan di mana Kota Apel. Ia adalah Kota Batu. Sebab, kurikulum lokal di Malang Raya selalu menyebut nama Batu sebagai Kota Apel dengan segala teori, keuntungan, dan keindahannya. Namun sekarang kondisinya tak seindah apa yang ada di kurikulum.

---

Ahmad Khotib, petani apel dari Dusun Banaran, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, masih sibuk mengompres pohon apelnya. Bapak satu anak ini masih terus berupaya merawat tanaman apel sebaik-baiknya, meski saat ini hal itu tidak mudah dilakukan. "Ya untung-untungan saja. Kalau hasilnya baik, untung. Tapi produknya jelek, ya jelas buntung," ujar laki-laki 31 tahun ini.

Ya, Khotib hanya satu potret petani apel yang masih terus mencoba mempertahankan buah yang menjadi ikon Kota Batu itu. Namun, selain Khotib, banyak sekali petani yang tidak lagi mau melanjutkan bertani apel. Karena biaya perawatan yang besar sekali dan hasil yang tidak bisa ditebak.

Memang, kejayaan apel di Kota Batu kini dalam ancaman. Pasalnya di kota dingin ini bayak petani apel yang mulai enggan meneruskan menanam apel. Para petani yang bermodal cekak terpaksa harus membabati pohon apelnya dan mengganti dengan tanaman lain. Seperti palawija dan sayur.

Khotib mengatakan, apel saat ini berbeda jauh dengan apel zaman dia kecil dulu. Menurut pria 31 tahun ini, dulu apel di pekarangan rumahnya selalu berbuah lebat, sehingga hasilnya juga besar. "Tapi saat ini produksi terus menurun, dan biaya perawatannya justru semakin mahal," terangnya.

Dia mencontohkan, untuk biaya merawat apel dengan seluas 1 ha, biaya yang dibutuhkan Rp 17,5 juta hingga Rp 20 juta. Jika sedang beruntung, maka hasilnya bisa berlipat. Uang yang didapat juga bisa mencapai Rp 50 juta lebih. Tetapi jika ternyata apelnya rusak, maka sudah bisa dipastikan modal sebesar itu tidak akan kembali. "Banyak petani yang terpaksa harus kehilangan motor atau mobil karena apelnya tidak panen," tutur Khotib.

Menurut dia, persoalan terbesar yang dihadapi para petani adalah soal modal untuk merawat pohon apel. Mengingat jika pohon apel dibiarkan begitu saja juga tidak berbuah. Sebenarnya, jika panennya bagus, tidak banyak apel yang koreng atau busuk, petani masih untung. Karena untuk harga, selama ini stabil. Tetapi jika kualitas produksinya jelek, maka bisa dipastikan kerugian di depan mata.

Untuk itu, ia berharap, ada kepedulian pemerintah untuk ikut mencari terobosan terkait permodalan untuk merawat pohon apel tersebut. Jika masalah ini tidak bisa diatasi, maka akan banyak lagi petani yang mengganti tanaman apelnya dengan tanaman lain. (lid/war)

Tulisan Terkait Lainnya



0 komentar:

Posting Komentar